Minggu, 20 September 2015

PWI : Persatuan Wartawan Indonesia




























Persatuan Wartawan Indonesia selanjutnya dikenal dengan nama PWI
adalah organisasi profesi wartawan pertama di Indonesia.[

PWI berdiri pada 9 Februari 1946 di Surakarta bertepatan dengam
Hari Pers Nasional.[1] PWI beranggotakan wartawan yang tersebar
di seluruh Indonesia. Saat ini PWI dipimpin oleh Margiono selaku
ketua umum yang menjabat sejak 2013 hingga 2018.

* Sejarah

Berdirinya organisasi PWI menjadi awal perjuangan Indonesia
dalam menentang kolonialisme di Indonesia melalui media dan tulisan.

Setelah berdirinya PWI, organisasi serupa juga didirikan.
Organisasi tersebut adalah Serikat Penerbit Suratkabar atau SPS
pada 8 Juni 1946.

Serikat Penerbit Suratkabar mengganti namanya menjadi Serikat
Perusahaan Pers pada 2011, bertepatan dengan hari jadi SPS yang
ke-65.

Kepentingan untuk mendirikan SPS pada waktu itu bertolak dari
pemikiran bahwa barisan penerbit pers nasional perlu segera
ditata dan dikelola, dalam segi idiil dan komersialnya, mengingat
saat itu pers penjajah dan pers asing masih hidup dan tetap
berusaha mempertahankan pengaruhnya.

Karena jarak waktu pendiriannya yang berdekatan dan memiliki
latar belakang sejarah yang serupa, PWI dan SPS diibaratkan
sebagai "kembar siam" dalam dunia jurnalistik.

* Panitia usaha
Sebelum didirikan, PWI membentuk sebuah panitia persiapan pada
awal awal tahun 1946. Panitia persiapan tersebut dibentuk
pada tanggal 9-10 Februari 1946 di balai pertemuan Sono Suko,
Surakarta, saat diadakannya pertemuan antar wartawan Indonesia.

Pertemuan itu dihadiri oleh beragam wartawan, diantaranya adalah
tokoh-tokoh pers yang sedang memimpin surat kabar, majalah,
wartawan dan pejuang.[5] Pertemuan tersebut menghasilkan dua
keputusan, diantaranya adalah:

Disetujui membentuk organisasi wartawan Indonesia dengan nama
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), yang diketuai oleh Mr.
Sumanang Surjowinoto dengan sekretaris Sudarjo Tjokrosisworo.[5]
Disetujui membentuk sebuah komisi beranggotakan:

Sjamsuddin Sutan Makmur (Harian Rakyat Jakarta),
B.M. Diah (Harian Merdeka, Jakarta).
Abdul Rachmat Nasution (kantor berita Antara, Jakarta).
Ronggodanukusumo (Suara Rakyat, Mojokerto).
Mohammad Kurdie (Suara Merdeka, Tasikmalaya).
Bambang Suprapto (Penghela Rakyat, Magelang).
Sudjono (Surat Kabar Berjuang, Malang)
Suprijo Djojosupadmo (Surat Kabar Kedaulatan Rakyat,Yogyakarta).

Delapan orang komisi yang telah dibentuk tersebut selanjutnya
dibantu oleh Mr. Sumanang dan Sudarjo Tjokrosisworo, merumuskan
hal-ihwal persuratkabaran nasional waktu itu dan usaha
mengkoordinasinya ke dalam satu barisan pers nasional.

Komisi beranggotakan 10 orang tersebut dinamakan juga “Panitia
Usaha”.Tiga minggu kemudian, Panitia Usaha mengadakan pertemuan
kembali di Surakarta bertepatan dengan sidang Komite Nasional
Indonesia Pusat yang berlangsung dari 28 Februari hingga
Maret 1946.

Panitia Usaha mengadakan pertemuan dan membahas masalah pers
yang dihadapi. Dari pertemuan itu lah kemudian disepakati
didirikannya Serikat Perusahaan Suratkabar dalam rangka
mengkoordinasikan persatuan pengusaha surat kabar yang
pendirinya merupakan pendiri PWI.[5]
Keanggotaan




 





















Ket :
Kantor PWI Kalimantan Selatan

Keanggotaan PWI saat ini sudah tersebar diseluruh Indonesia,
diantarnya adalah:

Keanggotaan PWI Provinsi Riau
Keanggotaan PWI Provinsi Jawa Timur
Keanggotaan PWI Provinsi Kalimantan Barat
Keanggotaan PWI Provinsi Jawa Barat
Keanggotaan PWI Provinsi Lampung
______________________________________________________________
Cat :




Tidak ada komentar :

Posting Komentar