Sabtu, 03 Oktober 2015

Djamaluddin Adinegoro (Tokoh Pers)


























* Pemahaman Umum

Djamaluddin Adinegoro, terkadang dieja Adi Negoro gelar Datuak Maradjo
Sutan (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 14 Agustus 1904 –
meninggal di Jakarta, 8 Januari 1967 pada umur 62 tahun) adalah
sastrawan dan wartawan kawakan Indonesia.

Ia berpendidikan STOVIA (1918-1925) dan pernah memperdalam pengetahuan
mengenai jurnalistik, geografi, kartografi, dan geopolitik di Jerman
dan Belanda (1926-1930).

Nama aslinya sebenarnya bukan Adinegoro, melainkan Djamaluddin gelar
Datuk Maradjo Sutan.[1] Ia adalah adik sastrawan dan pejuang Muhammad
Yamin. Mereka saudara satu bapak, tetapi lain ibu. Ayah Adinegoro
bernama Usman gelar Baginda Chatib dan ibunya bernama Sadarijah,
sedangkan nama ibu Muhammad Yamin adalah Rohimah. Ia memiliki seorang
istri bernama Alidas yang berasal dari Sulit Air, X Koto Diatas, Solok,
Sumatera Barat.

* Masa muda

Adinegoro terpaksa memakai nama samaran karena ketika bersekolah di STOVIA
ia tidak diperbolehkan menulis. Padahal, pada saat itu keinginannya menulis
sangat tinggi. Maka digunakan nama samaran Adinegoro tersebut sebagai
identitasnya yang baru.

Ia pun bisa menyalurkan keinginannya untuk mempublikasikan tulisannya
tanpa diketahui orang bahwa Adinegoro itu adalah Djamaluddin gelar
Maradjo Sutan. Oleh karena itulah, nama Adinegoro sebagai sastrawan
lebih terkenal daripada nama aslinya, Djamaluddin.

Adinegoro sempat mengenyam pendidikan selama empat tahun di Berlin,
Jerman. Ia mendalami masalah jurnalistik di sana. Selain itu, ia
juga mempelajari kartografi, geografi, politik, dan geopolitik.

Tentu saja pengalaman belajar di Jerman itu sangat banyak menambah
pengetahuan dan wawasannya, terutama di bidang jurnalistik. Adinegoro
memang lebih dikenal sebagai wartawan daripada sastrawan.

Ia memulai kariernya sebagai wartawan di majalah Caya Hindia, sebagai
pembantu tetap. Setiap minggu ia menulis artikel tentang masalah luar
negeri di majalah tersebut. Ketika belajar di luar negeri (1926—1930),
ia nyambi menjadi wartawan bebas pada surat kabar Pewarta Deli (Medan),
Bintang Timur, dan Panji Pustaka (Batavia).

Setelah kembali ke tanah air, Adinegoro memimpin majalah Panji Pustaka
pada tahun 1931. Akan tetapi, ia tidak bertahan lama di sana, hanya
enam bulan. Sesudah itu, ia memimpin surat kabar Pewarta Deli di Medan
(1932—1942). Ia juga pernah memimpin Sumatra Shimbun selama dua tahun.
Kemudian, bersama Prof. Dr. Supomo, ia memimpin majalah Mimbar Indonesia
(1948—1950). Selanjutnya, ia memimpin Yayasan Pers Biro Indonesia (1951).

Terakhir, ia bekerja di Kantor Berita Nasional (kemudian menjadi
LKBN Antara). Sampai akhir hayatnya Adinegoro mengabdi di kantor
berita tersebut.


Ia ikut mendirikan Perguruan Tinggi Jurnalistik di Jakarta dan Fakultas
Publisistik dan Jurnalistik Universitas Padjadjaran. Ia juga pernah
menjadi Tjuo Sangi In (semacam Dewan Rakyat) yang dibentuk Jepang
(1942-1945), anggota Dewan Perancang Nasional, anggota MPRS, Ketua
Dewan Komisaris Penerbit Gunung Agung, dan Presiden Komisaris LKBN Antara.
Buku Adinegoro, Pelopor Jurnalistik Indonesia karya Soebagijo I.N.

* Karya




















Ket :
Adinegoro dalam perangko tahun 1996

Dua buah novel Adinegoro yang terkenal (keduanya dibuat pada tahun 1928),
yang membuat namanya sejajar dengan nama-nama novelis besar Indonesia
lainnya, adalah Asmara Jaya dan Darah Muda. Ajip Rosidi dalam buku
Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1982), mengatakan bahwa Adinegoro
merupakan pengarang Indonesia yang berani melangkah lebih jauh menentang
adat kuno yang berlaku dalam perkawinan. Dalam kedua romannya Adinegoro
bukan hanya menentang adat kuno tersebut, melainkan juga dengan berani
memenangkan pihak kaum muda yang menentang adat kuno itu yang dijalankan
oleh pihak kaum tua.

Di samping kedua novel itu, Adinegoro juga menulis novel lainnya, yaitu
Melawat ke Barat, yang merupakan kisah perjalanannya ke Eropa. Kisah
perjalanan ini diterbitkan pada tahun 1930.

Selain itu, ia juga terlibat dalam polemik kebudayaan yang terjadi
sekitar tahun 1935. Esainya, yang merupakan tanggapan polemik waktu i
tu, berjudul "Kritik atas Kritik" terhimpun dalam Polemik Kebudayaan
yang disunting oleh Achdiat K. Mihardja (1977). Dalam esainya itu,
Adinegoro beranggapan bahwa suatu kultur tidak dapat dipindah-pindahkan
karena pada tiap bangsa telah melekat tabiat dan pembawaan khas, yang
tak dapat ditiru oleh orang lain. Ia memberikan perbandingan yang
menyatakan bahwa suatu pohon rambutan tidak akan menghasilkan buah
mangga, dan demikian pun sebaliknya.

Pada tahun 1950, atas ajakan koleganya Mattheus van Randwijk, Adinegoro
membuat atlas pertama berbahasa Indonesia. Atlas tersebut dibuat dari
Amsterdam, Belanda bersama Adam Bachtiar dan Sutopo.

Dari mereka bertiga, terbitlah buku Atlas Semesta Dunia pada tahun 1952.
Inilah atlas pertama yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia sejak
Indonesia merdeka. Pada tahun yang sama setelah atlas itu muncul, mereka
juga menerbitkan Atlas Semesta Dunia untuk Sekolah Landjutan.

Pada tahun 1954, ia menerbitkan ensiklopedia pertama dalam bahasa Indonesia,
Ensiklopedi Umum Dalam Bahasa Indonesia.

* Buku
























Ket :
Ensiklopedi Adinegoro.jpg

- Revolusi dan Kebudayaan (1954)
- Ensiklopedia Umum Dalam Bahasa Indonesia (1954),
- Ilmu Karang-mengarang
- Falsafah Ratu Dunia

* Novel

- Darah Muda. Batavia Centrum : Balai Pustaka. 1931
- Asmara Jaya. Batavia Centrum : Balai Pustaka. 1932.
- Melawat ke Barat'. Batavia Centrum : Balai Pustaka. 1987

* Cerita pendek

- Bayati es Kopyor. Varia. No. 278. Th. Ke-6. 1961, hlm. 3—4, 32.
- Etsuko. Varia. No. 278. Th. Ke-6. 1961. hlm. 2—3, 31
- Lukisan Rumah Kami. Djaja. No. 83. Th. Ke-2. 1963. hlm. 17—18.
- Nyanyian Bulan April. Varia. No. 293. Th. Ke-6. 1963. hlm. 2-3 dan 31—32.

* Penghargaan Adinegoro
Pada tahun 1974 Adinegoro dianugerahi gelar Perintis Press Indonesia.
Dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai badan tertinggi insan
press nasional, menyediakan tanda penghargaan tertinggi bagi karya
jurnalistik terbaik setiap tahunnya, yaitu Hadiah Adinegoro.

________________________________________________________________________
Cat :

Tidak ada komentar :

Posting Komentar